Meskipun terdapat perbedaan mendalam antara Ibnu Taymiyyah dan Asy’ariyah, terutama dalam pendekatan teologi, mereka juga memiliki sejumlah persamaan mendasar. Persamaan ini muncul karena keduanya tetap berakar pada prinsip-prinsip aqidah Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah, meskipun mereka berbeda dalam metode dan pendekatan. Berikut adalah beberapa persamaan utama antara Ibnu Taymiyyah dan Asy’ariyah:
---
1. Keyakinan terhadap Keimanan Dasar (Aqidah Islam)
Baik Ibnu Taymiyyah maupun Asy’ariyah sepakat pada rukun iman yang menjadi dasar keyakinan seorang Muslim:
Iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab suci, para nabi, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk.
Mereka sama-sama menolak ajaran-ajaran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, seperti pandangan kaum ateis atau agama-agama non-Islam.
---
2. Komitmen terhadap Al-Qur'an dan Sunnah
Asas Aqidah:
Keduanya sama-sama menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai sumber utama dalam menetapkan aqidah Islam.
Metode Penafsiran:
Meskipun berbeda pendekatan, baik Ibnu Taymiyyah maupun Asy’ariyah sepakat bahwa pemahaman terhadap Al-Qur'an dan Sunnah harus berlandaskan pada prinsip-prinsip agama Islam yang benar. Mereka menolak penafsiran yang melampaui batas atau bertentangan dengan syariat.
---
3. Penolakan terhadap Pemikiran Ekstrem dalam Teologi
Melawan Mu’tazilah:
Keduanya sepakat menolak pandangan teologi Mu’tazilah, terutama dalam hal:
Penolakan Mu'tazilah terhadap sifat-sifat Allah.
Pandangan mereka tentang penciptaan Al-Qur'an.
Menjaga Aqidah dari Deformasi:
Ibnu Taymiyyah dan Asy’ariyah menolak aliran-aliran yang dianggap menyimpang, seperti Jahmiyah, Qadariyah, dan ekstremitas pemikiran filosofis Yunani.
---
4. Keyakinan terhadap Sifat-Sifat Allah (dengan Perbedaan Metode)
Keduanya mengakui bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
Kesamaan Prinsip:
Allah tidak menyerupai makhluk-Nya (tanzih).
Sifat-sifat Allah adalah bagian dari kesempurnaan-Nya dan tidak bertentangan dengan tauhid.
Meskipun berbeda dalam cara memahami sifat-sifat Allah, baik Ibnu Taymiyyah maupun Asy’ariyah sama-sama berusaha menjaga aqidah dari pemahaman yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya (tajsim) atau mengingkari sifat-Nya (ta’thil).
---
5. Keyakinan terhadap Kemutlakan Kekuasaan Allah
Takdir:
Keduanya sepakat bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu dan bahwa kekuasaan-Nya mencakup seluruh alam semesta.
Kehendak Allah:
Baik Ibnu Taymiyyah maupun Asy’ariyah meyakini bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dunia kecuali atas kehendak Allah. Meskipun Asy’ariyah menggunakan konsep "kasb" untuk menjelaskan peran manusia, keduanya tetap sepakat bahwa takdir adalah bagian dari iman.
---
6. Penolakan terhadap Antropomorfisme
Keduanya sepakat menolak pandangan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya (tajsim atau antropomorfisme).
Baik Ibnu Taymiyyah maupun Asy’ariyah sepakat bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang unik dan tidak serupa dengan sifat makhluk.
---
7. Komitmen terhadap Syariat Islam
Hukum Islam:
Baik Ibnu Taymiyyah maupun Asy’ariyah sepakat bahwa syariat Islam adalah pedoman hidup yang harus diikuti. Mereka sama-sama menekankan pentingnya melaksanakan rukun Islam seperti salat, zakat, puasa, dan haji.
Moralitas dan Etika:
Keduanya sepakat bahwa Islam memberikan panduan moral dan etika untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
---
8. Upaya Membela Islam dari Penyimpangan
Baik Ibnu Taymiyyah maupun Asy’ariyah dikenal karena upaya mereka membela aqidah Islam dari serangan pemikiran yang dianggap menyimpang, seperti filsafat Yunani, sekularisme, atau ajaran non-Islam.
Mereka memiliki misi yang sama dalam menjaga kemurnian Islam, meskipun menggunakan pendekatan yang berbeda.
---
9. Peran Akal dalam Islam (dengan Perbedaan Penekanan)
Kesamaan:
Keduanya sepakat bahwa akal memiliki peran penting dalam memahami dan memperkuat keimanan, tetapi tidak boleh melebihi wahyu.
Perbedaan:
Ibnu Taymiyyah lebih menekankan keterbatasan akal dan pentingnya kembali pada teks wahyu secara literal.
Asy’ariyah memberikan ruang lebih besar bagi akal untuk mendukung dan menjelaskan wahyu, terutama dalam menghadapi tantangan intelektual dari kalangan filsafat dan Mu’tazilah.
---
10. Kesamaan dalam Tujuan: Menjaga Kesatuan Umat
Meskipun berbeda metode, baik Ibnu Taymiyyah maupun Asy’ariyah memiliki tujuan yang sama untuk menjaga kesatuan umat Islam.
Mereka sama-sama berupaya menjelaskan aqidah Islam dengan cara yang diyakini paling benar, demi menjaga umat dari penyimpangan.
---
Kesimpulan
Ibnu Taymiyyah dan Asy’ariyah memiliki sejumlah persamaan mendasar dalam hal keimanan, seperti keyakinan terhadap rukun iman, komitmen pada Al-Qur'an dan Sunnah, penolakan terhadap pemikiran ekstrem, dan upaya menjaga aqidah Islam. Perbedaan di antara mereka lebih bersifat metodologis, khususnya dalam cara memahami sifat-sifat Allah dan penggunaan akal dalam teologi.
Meski terdapat perbedaan yang signifikan, persamaan ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki akar yang sama dalam Islam dan berupaya mencapai tujuan yang sama: menjaga kemurnian aqidah Islam dan melindungi umat dari penyimpangan.
No comments:
Post a Comment