Sunday, 5 January 2025

Perbezaan mendasar Assya'irah dan Maturidiah

 Asy'ariyah dan Maturidiyah adalah dua mazhab utama dalam teologi Islam Sunni yang memiliki banyak kesamaan, tetapi juga terdapat perbedaan mendasar di beberapa aspek. Kedua aliran ini bertujuan untuk mempertahankan aqidah Islam dan menjembatani pemahaman rasional dengan wahyu, tetapi pendekatan dan rincian pandangan mereka berbeda. Berikut adalah perbedaan mendasar antara Asy’ariyah dan Maturidiyah:



---


1. Sumber Pengetahuan


Asy’ariyah:


Menekankan bahwa akal tidak bisa berdiri sendiri dalam mengenal Tuhan. Wahyu adalah sumber utama untuk mengenal Allah, sedangkan akal hanya berfungsi sebagai pelengkap.


Akal tidak dapat menentukan baik dan buruk secara independen.



Maturidiyah:


Memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada akal dibandingkan Asy’ariyah. Akal mampu mengenal Tuhan dan memahami sebagian kewajiban moral seperti baik dan buruk, bahkan sebelum datangnya wahyu.


Namun, akal tetap memerlukan wahyu untuk memahami detail syariat dan konsep-konsep agama yang lebih kompleks.





---


2. Konsep Iman


Asy’ariyah:


Iman adalah pembenaran dalam hati dan pengakuan dengan lisan. Amal perbuatan bukan bagian dari definisi iman, tetapi ia memengaruhi kesempurnaan iman.


Iman tidak bertambah atau berkurang secara hakikat, tetapi bisa bertambah atau berkurang dalam manifestasinya.



Maturidiyah:


Iman adalah pembenaran dalam hati, pengakuan dengan lisan, dan didukung oleh amal. Namun, amal tidak mutlak menjadi syarat sah iman.


Maturidiyah lebih tegas dalam menyatakan bahwa iman bisa bertambah dan berkurang baik secara hakikat maupun manifestasi.





---


3. Sifat-Sifat Allah


Asy’ariyah:


Menegaskan adanya sifat-sifat Allah, seperti tangan, wajah, dan lain-lain, tetapi sering menggunakan pendekatan ta’wil (interpretasi metaforis) untuk menjelaskan sifat-sifat tersebut, demi mencegah antropomorfisme.


Misalnya, "tangan Allah" ditafsirkan sebagai kekuasaan atau rahmat.



Maturidiyah:


Sama-sama mengakui sifat-sifat Allah, tetapi lebih cenderung pada pendekatan tafwidh (menyerahkan makna hakiki sifat kepada Allah tanpa menafsirkannya).


Mereka lebih berhati-hati dalam menggunakan ta’wil, kecuali jika diperlukan untuk menghindari pemahaman yang salah.





---


4. Perbuatan Manusia (Qadar)


Asy’ariyah:


Menggunakan konsep kasb (usaha), di mana manusia memiliki peran dalam memilih perbuatannya, tetapi Allah yang menciptakan perbuatan tersebut.


Manusia memiliki kehendak, tetapi kehendak itu diciptakan oleh Allah.



Maturidiyah:


Memiliki pandangan yang mirip dengan Asy’ariyah, tetapi lebih menekankan pada kebebasan kehendak manusia dalam batasan yang ditentukan Allah.


Manusia bertanggung jawab atas perbuatannya secara penuh karena mereka dianggap benar-benar memiliki kehendak bebas, meskipun kekuasaan untuk melaksanakan kehendak itu berasal dari Allah.





---


5. Penggunaan Akal dalam Aqidah


Asy’ariyah:


Lebih berhati-hati terhadap penggunaan akal. Mereka lebih menekankan pentingnya wahyu sebagai sumber utama aqidah, sementara akal hanya sebagai alat untuk memahami wahyu.


Asy’ariyah sering lebih konservatif dalam hal rasionalisasi aqidah.



Maturidiyah:


Memberikan ruang lebih besar bagi akal. Mereka percaya bahwa akal dapat memahami sebagian besar prinsip aqidah bahkan tanpa wahyu, seperti keberadaan Tuhan dan kewajiban bersyukur kepada-Nya.


Maturidiyah lebih terbuka terhadap rasionalisasi aqidah dibandingkan Asy’ariyah.





---


6. Baik dan Buruk


Asy’ariyah:


Baik dan buruk adalah apa yang ditentukan oleh wahyu. Akal tidak memiliki kemampuan untuk menentukan baik dan buruk secara independen.


Sesuatu yang baik menurut akal bisa saja tidak dianggap baik dalam syariat, dan sebaliknya.



Maturidiyah:


Baik dan buruk dapat diketahui oleh akal. Misalnya, akal dapat memahami bahwa keadilan itu baik dan kezaliman itu buruk, meskipun wahyu belum datang.


Wahyu berfungsi untuk memperjelas apa yang tidak bisa dijangkau akal.





---


7. Janji dan Ancaman Allah


Asy’ariyah:


Menekankan bahwa Allah tidak wajib melaksanakan janji-Nya atau menghukum sesuai ancaman-Nya. Semua itu terjadi semata-mata karena kehendak dan rahmat-Nya.


Contoh: Allah dapat mengampuni dosa tanpa pertobatan jika Dia berkehendak.



Maturidiyah:


Berpendapat bahwa Allah pasti melaksanakan janji-Nya, seperti memberikan pahala kepada orang yang taat, karena keadilan-Nya. Namun, Allah tidak wajib melaksanakan ancaman-Nya (seperti menghukum), karena hal itu termasuk rahmat-Nya.





---


8. Status Orang Beriman yang Berdosa Besar


Asy’ariyah:


Orang yang melakukan dosa besar tetap dianggap sebagai Muslim, tetapi imannya tidak sempurna.


Hukumannya tergantung pada kehendak Allah: bisa diampuni atau dihukum sesuai dosa-dosanya.



Maturidiyah:


Pandangan serupa dengan Asy’ariyah, tetapi lebih menekankan bahwa orang yang berdosa besar tetap beriman secara substansi, karena amal tidak membatalkan iman.





---


Kesimpulan Utama


Asy’ariyah cenderung lebih tekstualis dan mengutamakan wahyu di atas akal, dengan lebih berhati-hati dalam memberikan ruang bagi rasionalisasi.


Maturidiyah lebih rasionalis, memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada akal, terutama dalam hal mengenal Tuhan dan menentukan baik dan buruk.



Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan ini, kedua aliran ini tetap bagian dari Islam Sunni dan sepakat dalam banyak prinsip dasar aqidah, seperti keyakinan terhadap sifat-sifat Allah, kekuasaan Allah, dan pentingnya wahyu sebagai panduan hidup.


No comments:

Post a Comment